BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap benda, baik yang hidup maupun yang mati
memiliki ciri sendiri yang membedakannya dengan benda lain. Salah satu pembeda
yang memiliki kelompok yang paling besar adalah perbedaan antara benda yang
hidup dan benda yang mati. Materi hidup memiliki banyak hal yang tidak dimiliki
benda mati. Ada pebedaan yang bisa langsung kita lihat, ada yang harus dipelajari
lebih mendalam dahulu sebelum menentukannya.
Setiap makhluk hidup memiliki sel. Dari makhluk
hidup yang paling sederhana (uniselluler) hingga makhluk tingkat tinggi yang
kompleks (multiselluler). Setiap sel, memiliki bagian-bagian di dalamnya,
seperti manusia yang memilki organ-organ dalam tubuhnya. Organ atau organel
inilah yang membantunya menjalankan aktivitas hidup dari sel itu. Baik pada
makhluk bersel satu, maupun pada makhluk bersel banyak.
B.
Tujuan
Kita telah mengenal ciri-ciri dari makhluk hidup,
yang membedakannya dengan benda mati sejak kita berada di bangku SD. Namun,
perbedaan yang kita kenal itu hanyalah hal yang tampak dari luar dan merupakan
hal yang sangat dasar. Makalah ini menjelaskan perbedaan yang lebih mendalam
antara materi hidup dari benda mati.
Masing-masing organel dalam sel memiliki fungsi dan
kegunaannya masing-masing dan berbeda antara yang satu dengan yang lain.
Makalah ini juga menjelaskan beberapa oraganel yang terdapat pada sel, terutama
organel-organel sel yang terdapat pada
sel tumbuhan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Ciri Materi Hidup
Secara
umum ciri-ciri benda, materi, atau makhluk hidup yang biasa dikenal adalah
bahwa materi hidup memiliki protoplasma, memiliki bentuk dan ukuran, serta
melakukan aktivitas kehidupan yang membedakannya dengan benda mati. Padahal
pada dasarnya, materi hidup tersusun atas molekul-molekul yang tidak bernyawa.
Bila komponen benda hidup diisolasi dan diteliti satu persatu, molekul-molekul
ini tidak bertentangan dengan semua hokum fisis dan kimia yang berlaku bagi
benda-benda mati. Namun bila lebih jauh dipelajari, masih banyak ciri atau
sifat khusus dari materi hidup yang tidak diperlihatkan oleh benda mati.
1. Materi Hidup Bersifat
Kompleks dan Terorganisasi secara Baik
Materi
hidup diperlengkapi oleh struktur internal yang ruwet dan mengandung banyak
molekul kompleks. Lebaih jauh lagi, terdapat sekian juta spesies yang berbeda
pada materi hidup. Sebaliknya, pada benda mati seperti tanah liat, pasir,
batuan, dan air laut biasanya terdiri dari campuran acak dari senyawa kimia
yang relatif sederhana.
Salah
satu hal yang berkaitan erat dengan ciri ini adalah proses reaksi kimia yang
terjadi pada enzim dan metabolisme sel. Enzim melangsungkan urutan
reaksi-reaksi kimia secara terorganisasi. Sedangkan metabolisme sel selalu
diatur.
Sel
dapat berfungsi sebagai mesin kimia, karena adanya enzim, katalisator yang
mampu meningkatkan kecepatan reaksi kimia spesifik tanpa ikut bereaksi. Enzim
merupakan molekul protein yang amat spesifik, dibentuk oleh sel dari unit-unit
sederhana asam amino. Tiap jenis enzim umumnya hanya dapat mengkatalisa satu
jenis reaksi kiia spesifik. Jadi, ratusan jenis enzim yang berbeda diperlukan
oleh metabolismeeetiap jenis sel. Enzim bersifat jauh lebih efisien
dibandingkan dengan katalisator buatan para kimiawan, karena molekul enzim
lebih spesifik, daya katalisatornya jauh lebih efisien, dan dapat berfungsi pada
kondisi suhu dan konsentrasi ion hidrogen normal. Enzim dapat mengkatalisa
dalam waktu beberapa detik urutan reaksi kompleks yang akan membutuhkan
beberapa hari, minggu, atau bulan jika dikejakan dalam laboratorium kimia.
Lebih jauh lagi, reaksi-reaksi yang dikatalisa oleh enzim berlangsung sempurna,
dengan produk 100%, tanpa produk samping. Kebalikannya, jika para kimiawan
organik melangsungkan reaksi-reaksi dilaboraorium, hamper selalu terbentuk
satuatau lebih produk samping. Karena enzim dapat mempercepat jalur tunggal
reaksi suatu molekul tanpa mempercepat kemungkinan reaksi-reaksi lainnya, sel
hidup dapat melangsungkan berbagai reaksi kimia secara serentak tanpa terhambat
oleh adanya produk samping yang tidak diinginkan.
Ratusan
reaksi kimia enzimatis di dalam sel diatur menjadi baynak urutan reaksi-reaksi
bertahap yang berbeda. Urutan ini dapat erdiri dari 2 sampai 20 atau lebih
tahap reaksi. Beberapa di antara urutan reaksi enzimatis menguraikan nutrisi organik
menjadi produk akhir yang lebih sederhana untuk memperoleh energi kimia. Proses
lain yang membutuhkan energi adalah pembentukan makromolekul kompleks secara
bertahap dari molekul-molekul pemulanya
yang lebih kecil. Jalur-jalur enzimatis ini, yang mendasari metabolisme sel,
bersifat saling berhubungan.
Sel-sel
yang tumbuh secara serempak dapat melangsungkan sintesa ribuan jenis molekul
protein dan asam nukleat dalam proporsi yang tepat, yang dibutuhkan untuk
menyusun protoplasma hidup yang fungsional, yang khas bagi spesies
masing-masing. Jadi, reaksi-reaksi enzimatis pada metabolisme diatur secara
cermat, sehingga hanya terdapat jumlah yang dibutuhkan dari tiap jenis molekul
unit penyusun, dan mengelompokkan molekul-molekul ini menjadi sejumlah tertentu
dari molekul tiap-tiap jenis asam nukleat, protein dan lipid atau polisakarida.
Lebih jauh lagi, sel hidup mampu mengatur katalisatornya sendiri, yakni enzim.
Jadi, sel dapat menghentikan sintesis enzim yang dibutuhkan untuk membuat suatu
produk tertentu dari molekul pemulanya, jika produk tersebut telah tersedia di
lingkungannya. Sifat penyesuaian dan pengaturan diri sendiri ini menyebabkan
sel hidup dapat mempertahankan dirinya dalam keadaan mantap, walaupun terjadi
fluktuasi di lingkungan luar.
2. Tiap Komponen Materi Hidup
Mempunyai Fungsi atau Tujuan Tertentu
Hal
ini berlaku tidak hanya bagi komponen makroskopik seperti jantung, paru-paru,
dan otak, tapi juga pada struktur intraselular mikroskopik seperti inti sel.
Bahkan senyawa kimia di dalam sel seperti protein dan lemak mempunyai fungsi
khusus.
3. Materi Hidup Mempunyai
Kemampuan untuk Mengekstrak, Mengubah, dan Menggunakan Energi Lingkungannya
Materi
hidup mengekstrak, mengubah, dan menggunakan energi lingkungannya dalam bentuk
zat gizi organik atau energi pancaran sinar matahari. Energi serupa ini
memungkinkan materi hidup membangun dan mempertahankan struktur kompleksnya,
yang kaya-energi, untuk melangsungkan kerja mekanis pada pergerakan, dan untuk
memindahkan senyawa kimia melaui membran. Materi hidup tidak pernah berada dalm
keadaan seimbang di dalam dirinya, atau dengan lingkungannya. Di lain pihak,
benda mati tidak menggunakan energi secara terencana untuk mempertahankan
strukturnya dan untuk melakukan kerja. Sebaliknya, jika dibiarkan, benda mati
cenderung terurai ke keadaan yang bersifat lebih acak bersamaan dengan waktu,
menuju keseimbangan dengan lingkungannya. Ciri ini terlihat dalam kegiatan
materi hidup yang selalu mempertukarkan energi dan senyawa dan kegiatan sel
menghasilkan energi dalam bentuk kimia untuk keberlangsungan hidupnya.
4. Materi Hidup Memiliki
Kemampuan Melakukan Replikasi Diri secara Tepat
Materi
hidup melakukan replikasi, suatu sifat yang dapat dipandang sebagai inti dari
keadaan hidup. Campuran dari benda mati tidak memperlihatkan kemampuan untuk
tumbuh, dan bereproduksi menjadi benda-benda yang sama dalam masa, bentuk,dan
struktur internalnya, dari generasi ke generasi berikutnya seperti materi
hidup. Ciri ini terlihat dalam kemampuan materi hidup menggandakan diri sendiri
secara tepat.
Salah
satu sifat sel hidup yang paling menonjol adalah kemampuannya untuk berepoduksi
secara hampir sempurna selama ratusan dan ribuan generasi. Terdapat tiga sifat
yang menonjol. Pertama, materi hidup bersifat demikian kompleks sehingga jumlah
informasi genetik yang diturunkan kelihatannya tidak seimbang dengan ukuran
mini nucleus sel sebagai tempat informasi genetik. Kedua, stabilitas yang luar
biasa dari informasi genetik yang tersimpan di dalam DNA. Dan yang ketiga,
terjadi transfer informasi genetik di dalam materi hidup, yakni informasi DNA
yang pada dasarnya bersifat satu dimensi diubah menjadi tiga dimensi, mengikuti
kondisi materi hidup yang bersifat tiga dimensi.
B.
Organel-organel Sel
Sel merupakan kesatuan struktural dan
fungsional penyusun makhluk hidup yang dapat memperbanyak diri. Aktivitas yang
ada dalam sel terjadi dalam organel-organel yang mendukung fungsi-fungsi
tertentu. Adapun fungsi dari bagian-bagian penyusun sel adalah sebagai berikut:
1.
Dinding Sel
Dinding sel bersifat permeabel, berfungsi
sebagai pelindung dan pemberi bentuk tubuh. Sel-sel yang mempunyai dinding sel
antara lain: bakteri, cendawan, ganggang (protista), dan tumbuhan. Kelompok
makhluk hidup tersebut mempunyai sel dengan bentuk yang jelas dan kaku (rigid).
Pada protozoa (protista) dan hewan tidak mempunyai dinding sel, sehingga bentuk
selnya kurang jelas dan fleksibel, tidak kaku. Pada bagian tertentu dari
dinding sel tidak ikut mengalami penebalan dan memiliki plasmodesmata (Gambar
2.3), disebut noktah (titik).
Gambar 2.3 Noktah pada batang pinus (A) dan Plasmodesmata (B).
2.
Membran plasma
Membran plasma membatasi sel dengan
lingkungan luar, bersifat semi/selektif permeabel, berfungsi mengatur pemasukan
dan pengeluaran zat ke dalam dan ke luar sel dengan cara difusi, osmosis, dan
transport aktif. Membran plasma disusun oleh fosfolipid, proten, kolesterol.
3.
Sitoplasma
Sitoplasma merupakan bagian dari
pprotoplas. Sitoplasma merupakan cairan sel yang berada di luar inti, terdiri
atas air dan zat-zat yang terlarut serta berbagai macam organel sel hidup. Secara
fisik, sitoplasma merupakan senyawa yang liat, dan agak bening jika terkena
sinar yang dap dilihat. Secara kimia, struktur sitoplasma sangat rumit dan
komponen utamanya terdiri atas 85-90% air. Organel-organel yang terdapat dalam
sitoplasma antara lain:
a.
Retikulum
Endoplasma (RE) berupa
saluran-saluran yang dibentuk oleh membran (Gambar 2.4). RE terbagi dua macam,
yaitu RE halus dan RE kasar.
Gambar 2.4 Retikulum Endoplasma
(Campbell, et al 2006).
Pada RE
kasar terdapat ribosom, berfungsi sebagai tempat sintesis protein. Sedangkan
pada RE halus tidak terdapat ribosom, berfungsi sebagai tempat sintesis lipid.
b.
Ribosom terdiri atas dua unit yang kaya akan RNA,
berperan dalam sintesis protein. Ribosom ada yang menempel pada RE kasar dan
ada yang terdapat bebas dalam sitoplasma.
c. Mitokondria memiliki membran rangkap, membran luar dan
membran
dalam. Di antara kedua membran tersebut terdapat ruang antar membran. Membran dalam berlekuk-lekuk disebut krista yang berfungsi untuk memperluas bidang permukaan agar proses penyerapan oksigen dan pembentukan energi lebih efektif. Pada bagian membran dalam terdapat enzim ATP sintase yang berfungsi sebagai tempat sintesis ATP.
dalam. Di antara kedua membran tersebut terdapat ruang antar membran. Membran dalam berlekuk-lekuk disebut krista yang berfungsi untuk memperluas bidang permukaan agar proses penyerapan oksigen dan pembentukan energi lebih efektif. Pada bagian membran dalam terdapat enzim ATP sintase yang berfungsi sebagai tempat sintesis ATP.
Peran utama
mitokondria adalah sebagai pabrik energi sel yang menghasilkan energi dalam
bentuk ATP. Metabolisme karbohidrat akan berakhir di mitokondria ketika piruvat
di transpor dan dioksidasi oleh O2¬ menjadi CO2 dan air. Energi yang dihasilkan
sangat efisien yaitu sekitar tiga puluh molekul ATP yang diproduksi untuk
setiap molekul glukosa yang dioksidasi, sedangkan dalam proses glikolisis hanya
dihasilkan dua molekul ATP. Proses pembentukan energi atau dikenal sebagai
fosforilasi oksidatif terdiri atas lima tahapan reaksi enzimatis yang
melibatkan kompleks enzim yang terdapat pada membran bagian dalam mitokondria.
Proses pembentukan ATP melibatkan proses transpor elektron dengan bantuan empat
kompleks enzim, yang terdiri dari kompleks I (NADH dehidrogenase), kompleks II
(suksinat dehidrogenase), kompleks III (koenzim Q – sitokrom C reduktase),
kompleks IV (sitokrom oksidase), dan juga dengan bantuan FoF1 ATP Sintase dan
Adenine Nucleotide Translocator (ANT).
Gambar 2.5. Mitokondria
d. Lisosom berupa butiran kecil/bundar, berisi enzim
pencerna yang berfungsi dalam pencernaan intrasel.
e. Aparatus Golgi (Badan Golgi) berupa tumpukan kantung-kantung pipih,
berfungsi sebagai tempat sintesis dari sekret (seperti getah pencernaan, banyak
ditemukan pada sel kelenjar), membentuk protein dan asam inti (DNA/RNA), serta
membentuk dinding dan membran sel.
f. Plastida berbentuk bulat cakram yang ditemukan pada
tumbuhan, terbagi atas tiga macam:
· Leukoplas = Amiloplas: plastida yang tidak
berwarna, dapat membentuk dan menyimpan butir-butir zat tepung/pati.
· Kromoplas adalah plastida berwarna selain hijau,
karena adanya pigmen: melanin (hitam), likopin (merah), xantophil (kuning),
karoten (jingga), fikosianin (biru), dan fikoeritrin (coklat).
· Kloroplas merupakan plastida berwarna hijau, karena
mengandung zat hijau daun (klorofil), terdiri atas: klorofil a (warna hijau
biru=C55H72O5N4Mg) dan klorofil b (warna hijau kuning=C55H70O6N4Mg). Semua tipe
plastida merupakan turunan dari badan golgi yang sangat kecil, yang disebut
proplastida, yang terdapat di dalam sel meristem. Propastida dan pastida dalam
sel muda memperbayak diri dengan pembelahan. Plastida mempunyai pembungkus yang
terdiri atas dua unit selaput. Selaput di luar halus, memberi bentuk pada
plastida, sedangkan selaput dalam membentuk kantong pipih yang disebut
tilakoida. Sistem tilakoida dikembangkan menjadi berbagai tipe plastida. Di
bagian dalam plastida terdapat matriks yang mengandung protein, disebut stroma.
Di dalam stroma ini, terdapat DNA dan ribosom berukuran lebih kecil daripada
ribosom yang terdapat dalam sitoplasma. Karena DNA yang terdapat di dalam
kloroplas mempunyai kemampuan genetika terbatas, kloroplas disebut juga organel
semiotonom.
Di dalam
kloroplas berlangsung fase terang dan fase gelap dari fotosintesis tumbuhan.
Kloroplas terdapat pada hampir seluruh tumbuhan, tetapi tidak umum dalam semua sel.
Bila ada, maka tiap sel dapat memiliki satu sampai banyak plastid. Pada
tumbuhan tingkat tinggi umumnya berbentuk cakram (kira-kira 2 x 5 mm,
kadang-kadang lebih besar), tersusun dalam lapisan tunggal dalam sitoplasma
tetapi bentuk dan posisinya berubah-ubah sesuai dengan intensitas cahaya. Pada ganggang,
bentuknya dapat seperti mangkuk, spiral, bintang menyerupai jaring, seringkali
disertai pirenoid.
Kloroplas matang pada beberapa ganggang , biofita dan likopoda dapat memperbanyak diri dengan pembelahan. Kesinambungan kloroplas terjadi melalui pertumbuhan dan pembelahan proplastid di daerah meristem. Secara khas kloroplas dewasa mencakup dua membran luar yang menyalkuti stroma homogen, di sinilah berlangsung reaksi-reaksi fase gelap. Dalam stroma tertanam sejumlah grana, masing-masing terdiri atas setumpuk tilakoid yang berupa gelembung bermembran, pipih dan diskoid (seperti cakram). Membran tilakoid menyimpan pigmen-pigmen fotosintesis dan sistem transpor elektron yang terlibat dalam fase fotosintesis yang bergantung pada cahaya. Grana biasanya terkait dengan lamela intergrana yang bebas pigmen. Prokariota yang berfotosintesis tidak mempunyai kloroplas, tilakoid yang banyak itu terletak bebas dalam sitoplasma dan memiliki susunan yang beragam dengan bentuk yang beragam pula.
Kloroplas matang pada beberapa ganggang , biofita dan likopoda dapat memperbanyak diri dengan pembelahan. Kesinambungan kloroplas terjadi melalui pertumbuhan dan pembelahan proplastid di daerah meristem. Secara khas kloroplas dewasa mencakup dua membran luar yang menyalkuti stroma homogen, di sinilah berlangsung reaksi-reaksi fase gelap. Dalam stroma tertanam sejumlah grana, masing-masing terdiri atas setumpuk tilakoid yang berupa gelembung bermembran, pipih dan diskoid (seperti cakram). Membran tilakoid menyimpan pigmen-pigmen fotosintesis dan sistem transpor elektron yang terlibat dalam fase fotosintesis yang bergantung pada cahaya. Grana biasanya terkait dengan lamela intergrana yang bebas pigmen. Prokariota yang berfotosintesis tidak mempunyai kloroplas, tilakoid yang banyak itu terletak bebas dalam sitoplasma dan memiliki susunan yang beragam dengan bentuk yang beragam pula.
Struktur Kloroplas Kloroplas terdiri atas dua bagian besar, yaitu
bagian amplop dan bagian dalam.Bagian amplop kloroplas terdiri dari membran
luar yang bersifat sangat permeabel, membran dalam yang bersifat permeabel
serta merupakan tempat protein transpor melekat, dan ruang antar membran yang
terletak di antara membran luar dan membran dalam. Bagian dalam kloroplas
mengandung DNA , RNAs, ribosom, stroma (tempat terjadinya reaksi gelap), dan granum.
Granum terdiri atas membran tilakoid (tempat terjadinya reaksi terang) dan ruang
tilakoid (ruang di antara membran tilakoid). Pada tanaman C3,
kloroplas terletak pada sel mesofil. Contoh tanaman C3 adalah padi (Oryza
sativa), gandum (Triticum aestivum), kacang kedelai (Glycine max),
dan kentang (Solanum tuberosum). Pada tanaman C4, kloroplas
terletak pada sel mesofil dan bundle sheath cell. Contoh tanaman C4
adalah jagung (Zea mays) dan tebu (Saccharum officinarum).
g. Vakuola berbentuk rongga bulat, berisi senyawa kimia
tertentu atau sisa produk metabolisme sel, yang mengandung berbagai macam zat
sesuai pada jenis selnya. Misalnya dapat berisi garam nitrat pada tanaman
tembakau, tanin pada sel-sel kulit kayu, minyak eteris pada kayu putih dan
mawar, terpentin pada damar, kinin pada kina, nikotin pada tembakau, likopersin
pada tomat, piperin pada lada.
Fungsi vakuola adalah mengatur air atau
cairan di dalam sel, misalnya dalam osmoregulasi, penyimpanan, dan dalam
pencernaan. Di dalam vakuola terdapat enzim pencernaan yang dapat memecah
komponen sitoplasma dan metabolit. Keaktifan hidrolisis vakuola identik dengan
lisosom pada sel hewan. Enzim pencernaan yang terdapat dalm vakuola berasal
dari retikulum endoplasma dan bada golgi, yang kemudian diangkut ke vakuola
sebagai kantong kecil yang dikelilingi selaput. Sejumlah enzim dapat berubah
selama sel hidup. Sel yang berbeda berisi enzim yang berbeda pula.
h. Inti sel atau nukleus adalah organel yang ditemukan pada sel eukariotik. Nukleus (Inti sel) dibatasi oleh membran
inti, mengandung benang-benang kromatin dan nukleolus (anak inti sel). Membran
inti terdiri atas dua lapis dan mempunyai pori. Benang-benang kromatin akan
memendek pada waktu proses pembelahan sel membentuk kromosom. Organel
ini mengandung sebagian besar materi genetik sel dengan bentuk molekul DNA
linier panjang yang membentuk kromosom bersama dengan beragam jenis protein. Gen
di dalam kromosom-kromosom inilah yang membentuk genom inti sel.
Fungsi utama
nukleus adalah untuk menjaga integritas gen-gen tersebut dan mengontrol
aktivitas sel dengan mengelola ekspresi gen. Selain itu, nukleus juga berfungsi
untuk mengorganisasikan gen saat terjadi pembelahan sel, memproduksi mRNA untuk
mengkodekan protein, sebagai tempat sintesis ribosom, tempat terjadinya
replikasi dan transkripsi dari DNA, serta mengatur kapan dan di mana ekspresi
gen harus dimulai, dijalankan, dan diakhiri.
Gambar 2.7. Nukleus dan Retikulum Endoplasma kasar (Campbell, et al 2006).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Materi hidup berbeda dengan benda mati. Hal-hal yang
membedakannya antara lain adalah materi hidup bersifat kompleks dan
terorganisasi secara baik; tiap komponen materi hidup mempunyai fungsi atau
tujuan tertentu; materi hidup mempunyai kemampuan untuk mengekstrak, mengubah,
dan menggunakan energi lingkungannya; dan materi hidup memiliki kemampuan
melakukan replikasi diri secara tepat. Tiap materi atau makhluk hidup, dari
yang paling sederhana hingga yang paling kompleks memiliki sel. Di dalam sel
terdapat dinding sel, membran plasma dan sitoplasma. Sitoplasma terdiri dari
retikulum endoplasma, ribosom, mitokondria, lisosom, badan golgi, plastida,
vakuola, dan yang paling penting inti sel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar