Halaman

Total Tayangan Halaman

Rabu, 08 Juni 2011

Mutiara Spirit

Pagi ini, saya mendapat suntikan spirit yang luar biasa. Ilmu jiwa yang tidak sengaja saya dapatkan dari sebuah majalah Islam terkemuka "UMMI" pada lembar tafakur. Begini isinya:

Bagaimana rasanya melihat sekelompok orang di Indonesia yang mengaku cinta Israel? Saking cintanya, mereka membentuk Komunitas Pecinta Israel dan bersemangat merayakan kemerdekaan Israel. Dengan aksi itu, mereka ingin membuat masyrakat saling menghormati dan menghargai. Begitu dalihnya.
Padahal Israel nyata mendirikan negara dengan menjajah, menyikasa, dan mencaplok keberadaan sebuah negara merdeka, Palestina. Selama 63 tahun! Lalu pecintanya berharap dengan merayakannya akan membuat masyarakat mana pun biasa saling menghormati dan menghargai? Sungguh aneh tapi nyata.
Senyum getir saya bertambah ketika pembela HAM kita berteriak agar pemerintah tak melarang kelompok apa saja yang mau merayakan HUT Israel. Yang terhormat Ketua Komisi Nasional (Komnas) Hak Asasi Manusia di negara ini mengatakan, hal itu merupakan ekspresi kebebasan pendapat yang dijamin UUD 1945, jadi tak ada alasan melarangnya.
Amboi, sadarkah Ketua bahwa yang sedang dirayakan itu adalah penjajah, pelanggar terbesar hak asasi di dunia? Tidakkah hatinya tergetar ketika disaat yang sama ribuan warga Palestina longmarch di jalan-jalan kkta Bethlehem dan berduka di Hari Nakba atau Hari Bencana ke-63 tahun itu? Lima juta warga Palestina terusir dari  kampung halaman mereka dan terpencar di berbagai negara di Timur Tengah. Mana yang layak diperingati?
Walau gemas, biarlah mereka menutup mata atas kebenaran. Ibarat peribahasa mengatakan Adat air cair, adat pai panas, (tabiat sudah demikianlah adanya). Biarlah mereka dengan cintanya dan kita tetap dengan cinta kita pada Palestina. Semoga sumbangan apapun selalu mudah kita persembahkan untuk Palestina. 
Kita boleh iba dan pedih akan nasib saudara-saudara kita di sana. Namun, jika mengetahui tak terbatasnya spirit yang bergelora dalam jiwa Muslim Palestina, kita pun dibuatnya malu pada diri sendiri. Justru semangat dan ketangguhan kita yang lebih patut dikasihani.
Palestina adalah candradimuka, rekayasa langsung dari Allah, untuk mencetak generasi unggul. Akhlak, iman, kecerdasan, dan kekuatan mental, berpadu membentuk pribadi paripurna. Hasilnya mengagumkan.
Setiap bulan ratusan anak Palestina menjadi hafiz Al-Qur'an, membuat Israel takut. Jika dalam usia semuda itu mereka sudah menguasai Al-Qur,an, bayangkan 20 tahun lagi mereka akan jadi seperti apa? pikir mereka. 
Ribuan insinyur brilian, yang menjadi mujahid, juga terlahir. Meski dalam keadaan perang, mereka tak pernah melemah. Malah, semakin menguat. Tak sudi mundur karena kematian memuliakan mereka.
Semangat adalah pelajaran besar dari rakyat Palestina yang harus kita maknai. Spirit iini begitu penting dalam kehidupan. Bayangkan apa jadinya hidup kita tanpa spirit?
Baiklah, jenuh mungkin akn kita alami dalam rutinitas kita. Namun terbayangkan oleh kita bagaimana jenuhnya dibantai penjajah selama puluhan tahun?
Maka, layakkah kita loyo hanay karena bosan pada rutinitas yang nyatanya masih ribuan kali lebih damai dibandingkan rakyat Palestina? Jika kebatilan saja punya semangat untuk tetap batil, apa pula yang menghambat kita untuk bersemangat menegakkan yang benar?
Begitulah isi lembar dari tulisan yang saya baca. Sungguh suatu hal yang seharusnya membuat kita sangat malu. Apalagi bagi kita yang suka merasa pesimis terhadap hidup yang kita jalani. Mumpung masih muda, mari kita berlomba-lomba dengan anak-anak Palestina dalam mendapatkan janji Allah. Baik dalam IMTAQ maupun IPTEK.
SEMANGAT ANAK INDONESIA!!!!!!!!!

1 komentar: